UNSUR UNSUR
BAHAN DAN SIFAT
1. . Titanium (Ti)
Titanium (Ti) memiliki warna putih
kelabu, sifatnya yang kuat seperti baja dan stabil hingga temperature
4000C, tahan korosi dan memiliki berat jenis (ρ) = 4,5 kg/dm3.
Titanium (Ti) digunakan sebagai
unsur pemurni pada baja serta sebagai bahan paduan dengan Aluminium dan
logam lainnya.
Titanium (Ti) memiliki titik cair
16600C dan kekuatan tarik 470 N/mm2 serta densitas 56 %.
Titanium (Ti) tidak termasuk logam
baru walaupun pengembangannya baru dilakukan pada tahun 1949,
karena sebenarnya Titanium (Ti) telah terdeteksi sejak tahun 1789 dalam
bentuk Oxide Silicon, karena
pengaruh oxygen maka pada saat itu tidak memungkinkan untuk dilakukan
extraction, dimana Titanium (Ti) merupakan bagian penting dari Oxygen,
namun pada akhirnya ditemukan metoda pemurnian Titanium (Ti) ini melalui
pemanasan dengan Carbon dan Clorine, kemudian dengan Magnesium
dan denganSodium pada suhu pemanasan antara 8000C hingga 9000C yang
menghasilkan Titanium Tetraclorite sebagai produk awal dari Titanium (Ti)
yang selanjutnya menggunakan Magnesiumcloride atau
Sodiumcloride.
Proses pencairan dan penuangan
Titanium (Ti) kedalam bentuk Ingot memerlukan teknik tersendiri karena
proses pemanasan pada Titanium dapat mengikat oxides dari dapur pemanas
itu sendiri dimana Titanium cair berhubungan dengan udara (Oxygen)
yang merupakan komponen dari proses pencairan tersebut. Titanium
cair mengikat electrode yang merupakan larutan Titanium
kasar, sedangkan electrode itu sendiri tergantung pada bagian atas
dari dapur pemanas, dalam keadaan yang demikian ini gas
argon dihembuskan untuk memvacumkan ruangan serta cairan,
bersamaan dengan itu dialirkan pula air pendingin.
Dengan demikian serbuk Titanium akan
terkumpul dibagian dasar dari dapur pemanas tersebut, selanjutnya setelah
membentuk ingot diproses lagi melalui proses tempa (Forging), rolling,
drawing atau extrusing. Dapur pemanas ini biasanya berkapasitas sampai 2
Ton.
2. . Nickel, Nickolium (Ni)
Nickel, Nickolium merupakan unsur
penting yang terdapat pada endapan terak bumi yang biasanya tercamppur
dengan bijih tembaga. Oleh kerena itu diperlukan proses pemisahan
dan pemurnian dari berbagai unsur yang akan merugikan sifat
Nickel tersebut. Dalam beberapa hal Nickel memiliki kesamaan dengan
bijih logam yang lain seperti juga besi selalu memiliki sifat-sifat
yang buruk seperti titik cair yang rendah kekuatan dan kekerasannya
juga rendah, tetapi juga memiliki keunggulan sebagaimana pada Nickel
ini ialah ketahanannya terhadap berbagai pengaruh korosi dan
dapat mempertahankan sifatnya pada temepratur tinggi. Oleh karena
itu Nickel banyak digunakan sebagai pelapis dasar sebelum
pelapisan dengan Chromium, dimana Nickel dapat memberikan
perlindungan terhadap berbagi pengaruh gangguan korosi pada baja atau
logamlogam lainnya.
Bijih Nickel mengandung 2,5 %
Nickel yang bercampur bersama-sama unsur lain yang sebagian besar terdiri
atas besi dan silica serta hampir 4 % Tembaga dan sedikit Cobalt,
Selenium, Tellurium, Silver, Platinum dan Aurum. Sedangkan Tembaga, besi dan
Nicel berada pada bijih itu sebagai Sulfida. Setelah proses penambangan
bijih itu dipecah dan dilakukan pemisahan dari berbagai unsur yang
mengandung batuan yang mengapung. Kemudian sulfide Nickel dan Sulfide
Tembaga dipisahkan melalui proses pengapungan. Proses berikutnya
ialah pemanggangan Sulfide Nicel untuk menggerakan
Sulphur, selanjutnya dituangkan kedalam bejana, untuk selnjutnya
dilakukan pemurnian melalui proses oxidasi sebagaimana dalam
proses Bessemer dalam pemurnian baja.
Dari proses ini akan diperoleh
48 % Nickel dan 27 % Tembaga. Selanjutnya dipanaskan bersama
Sodium Sulfat dengan pemanasan kokas untuk memperoleh larutan Tembaga
Nickel dan Sulfide Besi, kemudian dituangkan kedalam ladle untuk dilakukan
pemadatan, Selama pendinginan Tembaga dan Sodium mengapung keatas dan ketika
terjadi pemadatan Nickel dan Tembaga akan terpisah oleh tiupan atau
pemukulan.
Proses pemurnian lajut dilakukan
dengan electrolisa dengan terlebih dahulu disinter sehingga berbentuk
Briket, atau dapat juga dengan proses ‘carbonil’ jika tresedia cukup daya
listrik dimana serbuk Nickel dipanggang untuk menhilangkan sisasisa
Sulphur dan Besi kemudian direduksi oleh Hydrogen. Dengan demikian
maka oxide logam akan keluar dan membentuk uap, akan terbang dan membentuk
gas Nickel carbonil yang kemudian mencair karena pengaruk Carbonmonoxide
serta akan mengalir melalui kulit endapan Nickel.
Pemakaian Nickel
Secara komersial Nickel banyak
digunakan secara murni terutama untuk peralatan-peralatan yang menuntut
ketahanan korosi yang tinggi, seperti peralatan dalam industri makanan ,
industri kimia, obat-obatan serta peralatan kesehatan, industri petroleum
dan lainlain. Nickel dapat dibentuk melalui proses panas maupun
dingin, memiliki sifat mampu tempa, mampu mesin dengan pemotong
HSS. Dapat dikerjakan dengan Cupping, Drawing, Spining,
Swaging, Bending, dan Forming. Penyambungan dapat dilakukan dengan
pengelasan, penyolderan, Brazing dan
Welding.
3. . Timah putih, Tin, Stannum (Sn)
Timah putih, Tin, Stannum (Sn) ialah
logam yang berwarna putih mengkilap, sangat lembek dengan titik cair yang
rendah yakni 2320C. Logam ini memiliki sifat ketahanan korosi yang
tinggi sehingga bnayak digunakan sebagai bahan pelapis pada plat
baja, digunakan sebagai kemasan pada berbagai produk makanan
karena Timah putih ini sangat tahan terhadap asam buah dan Juice.
Fungsi kegunaan yang lain ialah sebagai bahan pelapis pada
bantalan luncur serta sebagai unsur paduan pada bahan-bahan yang
memiliki titik cair rendah. Timah putih, Tin, Stannum (Sn) paling
banyak digunakan sebagai timah pateri serta paduan pada
logam-logam bantalan seperti Bronzes dan gunmetal atau ditambahkan
sedikit pada paduan Tembaga Seng (Kuningan, Brasses) untuk
memperoleh ketahanan korosi.
Timah putih, Tin, Stannum (Sn)
diproses dari bijih timah (Tinstone), extracsinya dilakukan melalui
pencairan dengan temperature tinggi sehingga timah dapat mengalir keluar
dari berbagai unsur pengikatnya.
4. Seng, Zincum (Zn)
Seng, Zincum (Zn) ialah logam yang
berwarna putih kebiruan memiliki titik cair 4190C, sangat lunak dan lembek
tetapi akan menjadi rapuh ketika dilakukan pembentukan dengan
temperature pengerjaan antara 1000C sampai 1500C tetapi sampai temperature
ini masih baik dan mudah untuk dikerjakan. Seng memiliki sifat
tahan terhadap korosi sehingga banyak digunakan dalam pelapisan plat
baja sebagai pelindung baja tersebut dari pengaruh gangguan
korosi, selain itu Seng juga digunakan sebagai unsur paduan dan sebagai
bahan dasar paduan logam yang
dibentuk melalui pengecoran. Sekalipun Seng merupakan bahan yang lembek
akan tetapi peranannya sangat penting sekali sebagai salah satu bahan
Teknik yang memilki berbagai keunggulan, baik digunakan sebagai
bahan pelapis pada baja yang tahan terhadap korosi, misalnya untuk
atap bangunan, dinding serta container yang juga harus tahan terhadap pengaruh
air dan udara serta serangga dan binatang. Seng juga merupakan unsur
paduan untuk bahan pengecoran. Bahan baku Seng adalah Sulfida Carbonate,
biasanya berada berdekatan dengan Lead atau Timah Hitam atau kadang-kadang
juga dengan Silver.
Konsentrat biasanya dilakukan dengan
Grafitasi atau pengapungan.
Proses produksi awal dilakukan
dengan mengurangi kadar Asam sulfat yang terkandung pada Oxide Seng
melalui penggarangan. Langkah selanjutnya ialah menggunakan
satu Thermal untuk menghasilkan penguapan serta kondensat,
dari proses ini akan diperolah 1 hingga 2 % Lead yang diketahui
sebagai Spelter atau Seng kasar dengan 99,99 % yang akan diproses
lanjut dengan cara elektrolisa serta proses penggarangan, dan
melalui proses ini bijih Seng akan melarut didalam Asam Sulphuric
sesuai dengan kebutuhannya. Proses berikutnya ialah penggarangan
agar unsur Carbon bercampur didalam Briket sebelum pemanasan melalui
pengolperasian didalam retor Vertical secara Continyu.
5. Manganese (Mn)
Manganese (Mn) logam yang memiliki
titik cair 12600C Unsur Manganese (Mn) ini diperoleh melalui proses
reduksi pada bijih Manganese sebagaimana proses yang dilakukan dalam
pembuatan baja. Manganese digunakan pada hampir semua jenis baja dan
besi tuang sebagai unsur paduan kendati tidak menghasilkan
pengaruh yang signifikan dalam memperbaiki sifat baja tetapi
tidak berpengaruh buruk karena didalam baja memiliki kandungan
unsur Sulphur. Disamping itu Manganese (Mn) merupakan unsur
paduan pada Aluminium, Magnesium ,Titanium dan Kuningan.
6. Chromium (Cr)
Chromium ialah logam berwarna
kelabu, sangat keras dengan titik cair yang tinggi yakni 18900C , Chromium
diperoleh dari unsur Chromite, yaitu senyawa FeO.Cr2. Unsur Chromite (Fe2
Cr2 06 ) serta Crocoisite (PbCrO4). Chromium memiliki sifat yang keras
serta tahan terhadap korosi jika digunakan sebagai unsur paduan pada baja
dan besi tuang dan dengan penambahan unsur Nickel maka akan diperoleh
sifat baja yang keras dan tahan panas (Heat resistance-Alloy).
7. Aluminium (Al)
Aluminium ialah logam yang berwarna
putih terang dan sangat mengkilap dengan titik cair 6600C sangat tahan
terhadap pengaruh Atmosphere juga bersifat electrical dan Thermal
Conductor dengan koefisien yang sangat tinggi. Chromium bersifat non
magnetic. Secara komersial Aluminium memiliki tingkat
kemurnianhingga 99,9 % , dan Aluminium non paduan kekuatan tariknya
ialah 60 N/mm2 dan dikembangkan melelui proses pengerjaan dingin
dapat ditingkatkan sesuai dengan kebutuhannya hingga 140 N/mm2. Uraian
lebih luas tentang Aluminum dapat
dilihat pada uraian tentang Aluminium dan paduannya.
8. Tembaga, Copper, Cuprum (Cu)
Tembaga ialah salah satu logam
penting sebagai bahan Teknik yang pemakaiannya sangat luas baik digunakan
dalam keadaan murni maupun dalam bentuk paduan. Tembaga memilki
kekuatan Tarik 150 N/mm2 sebagai Tembaga Cor dan dengan proses pengerjaan
dingin kekuatan tarik Tembaga dapat ditingkatkan hingga 390 N/mm2 demikian
pula dengan angka kekerasannya dimana Tembaga Cor memiliki angka kekerasan
45 HB dan meningkat hingga 90 HB melalui proses pengerjaan
dingin, dengan demikian juga akan diperoleh sifat Tembaga yang ulet
serta dapat dipertahankan walaupun dilakukan proses perlakuan
panas misalnya dengan Tempering (Lihat Heat treatment). Sifat listrik dan sebagai
penghantar panas yang baik dari Tembaga (Electrical and Thermal Conductor)
Tembaga dan menduduki urutan kedua setelah Silver namun untuk ini Tembaga
dipersyaratkan memiliki kemurnian hingga 99,9 %. Salah satu sifat
yang baik dari tembaga ini juga adalah ketahanannya terhadap korosi
atmospheric bahkan jenis korosi yang lainnya .
Tembaga mudah dibentuk dan disambung
melalui penyolderan (Soldering), Brazing dan pengelasan (Welding). Untuk
membahas lebih jauh tentang Tembaga ini dapat dilihat pada uraian
tentang Tembaga dan paduannya.
9. Magnesium (Mg)
Magnesium ialah logam yang berwarna
putih perak dan sangat mengkilap dengan titik cair 6510C yang dapat
digunakan sebagai bahan paduan ringan, sifat dan karakteristiknya sama
dengan Aluminium. Perbedaan titik cairnya sangat kecil tetapi sedikit
berbeda dengan Aluminium terutama pada permukaannya yang
mudah keropos bila terjadi oxidasi dengan udara. Oxid film yang
melapisi permukaan Magnesium hanya cukup melindunginya dari
pengaruh udara kering, sedangkan udara lembab dengan kandungan
unsur garam kekuatan oxid dari Magnesium akan menurun, oleh kerana
itu perlindungan dengan cat atau lac (pernis) merupakan metoda
dalam melidungi Magnesiumdari pengaruh korosi kelembaban udara.
5.
Sifat mampu pemanasan pada Tuangan Aluminium paduan
Dengan
penambahan unsur paduan pada Aluminium Paduan seperti unsur Silicon dan
berbagai unsur lainnya sudah cukup memberikan fungsi pengerasan. Angka terbesar
dari bahan-bahan
paduan pada
Aluminium Paduan diperoleh dari unsur Tembaga (Cu) dengan kadar hingga 4 % yang
ditambah dengan sedikit unsur Nickel hingga 3 % yang akan menghasilkan media
pengerasan dari campuran Ni Al3.
• Perlakuan
panas pada Aluminium paduan
Peningkatan
Tegangan dengan perlakuan panas
Aluminium
Paduan yang memiliki komposisi yang sesuai untuk ditingkatkan kekuatannya,
perlakuan panas akan mencairkan bahan ini yang diikuti oleh proses pengendapan
(precipitation). Untuk keadaan ini respon bahan terhadap reaksi pemanasan akan
ditandai dengan adanya batas larutan padat (Solid solution) didalam larutan
tersebut hingga mencapai temperature ruangan yang meningkat sesuai perubahan
temperature itu sendiri. Prilaku Tembaga serta cara pemaduannya dengan
Aluminium dapat digambarkan dalam diagram keseimbangan (Gambar 1.16) berikut.
Dengan hanya 0,2 % Tembaga pada ALuminium akan menghasilkan campuran antar
logam Cu Al2.
Larutan padat
(solid Solution) dari Tembaga pada Aluminium meningkat sesuai dengan
peningkatan Temperaturnya menjangkau maximum hingga 5,7 % pada Temperatur 584
%, akan tetapi jika kandungan unsur Tembaga kurang dari 5,7 % maka seluruhnya
akan masuk kedalam larutan padat (solid solution), bila diberikan pemanasan
dengan temperature yang cukup tinggi.
Jika Paduan
telah berada dalam keseimbangan melalui proses pendinginan, misalnya setelah
penuangan, kelebihan unsur tembaga secara berangsur-angsur akan mengendap dari
larutan padat kedalam bentuk campuran yang sangat keras dan rapuh Cu Al2 yang
berkumpul didalam batas butiran.
Sumber :
Sudjana, Hardí,
2008, Teknik Pengecoran Jilid 1 untuk SMK, Jakarta : Pusat perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional, h. 26 – 52.
4.
Paduan Aluminium mampu perlakuan panas (heat treatable wrought Aluminium Alloy)
Sifat mampu
perlakuan panas pada paduan Aluminium ini akan memberikan peluang terhadap
bahan ini untuk diberikan peningkatan tegangannya melalui proses perlakuan
panas. Tentang prinsip-prinsip perlakuan panas dapat dilihat pada Bab tentang
Heat treatment yakni Pengendalian sifat mekanik logam melalui proses perlakuan
panas. Proses perlakuan panas pada Aluminium paduan ini dapat dianggap sebagai
: Unsur paduan pada Aluminium dengan kadar Tembaga hingga 4 % dengan campuran
CuAl2 merupakan paduan dengan dengan medium hardening. Unsur paduan pada
Aluminium dengan total paduan hingga 2 % yang etrdiri atas Silicon dan
Magnesium, MG2Si merupakan medium hardening.
Variasi unsur
paduan pada Aluminium yang terdiri atas Tembaga, Silocon sebagai media
hardening. Sifat heatreatable (mampu perlakuan panas) dari paduan Aluminium ini
jatuh dalam dua kelompok yakni terjadinya pengerasan secara spontan setelah
pembentukan larutan, sedangkan yang lainnya memerlukan proses lanjutan, yakni
proses perlakuan panas yang disebut sebagai “precipitation treatment” dengan
tujuan untuk memperbaiki sifatnya. Dalam proses ini diperlukan berbagai unsur
tambahan seperti unsur yang bersifat meningkatkan kekerasan, ketegangan, misalnya
besi dan Seng. Jika Paduan Aluminium ini akan digunakan pada temperature tinggi
maka diperlukan unsur Nickel.
• Paduan
Aluminium tuangan (Cast Aluminium Alloys)
Jika diperlukan
Aluminium Paduan dengan sifat keuletan yang tinggi serta sifat ketahanan
terhadap korosi yang tinggi pula maka pada Aluminium yang memiliki kemurnian
komersial ditambahkan unsur-unsuar Silicon dan Magnesium, dengan demikian juga
akan diperoleh Aluminium paduan yang keras dan kuat dengan paduan yang
kompleks. Berdasarkan diagram keseimbangan (Gambar1.15) berikut dimana kita
memerlukan keadaan paduan yang sangat cair
dengan kadar
Silicon yang lebih besar dari 5 % , dengan demikian berdasarkan diagram
tersebut yang mengindikasikanterjadinya komposisi Eutectic berada pada kadar Silicon
sebesar 11,6 %, dengan demikian Aluminium paduan ini cocok dibentuk melalui
pengecoran dengan cetakan pasir, Grafity die Casting, pressure die Casting
dengan cold chamber die Casting. Aluminium paduan dari kelompok ini termasuk
dalam kelompok Aluminium paduan yang mampu perlakuan panas untuk meningkatkan
kekuatan dan tegangannya.
1.
Tembaga dan paduannya
Tembaga
digunakan secara luas sebagai salah satu bahan teknik, baik dalam keadaan murni
maupun paduan. Tembaga memiliki kekuatan tarik hingga 150 N/mm2 dalam bentuk
tembaga tuangan dan dapat ditingkatkan hingga 390 N/mm2 melalui proses
pengerjaan dingin dan untuk jenis tuangan aangka kekerasanya hanya mencapai 45
HB namun dapat ditingkatkan menjadi 90 HB melalui pengerjaan dingin, dimana
dengan proses pengerjaan dingin ini akan mereduksi keuletan, walaupun demikian
keuletannya dapat ditingkatkan melalui proses annealing (lihat proses perlakuan
panas) dapat menurunkan angka kekerasan serta tegangannya atau yang disebut
proses “temperature” dimana dapat dicapai melalui pengendalian jarak pengerjaan
setelah annealing.
Tembaga memiliki
sifat thermal dan electrical conduktifitas nomor dua setelah Silver. Tembaga
yang digunakan sebagai penghantar listrik banyak digunakan dalam keadaan
tingkat kemurnian yang tinggi hingga 99,9 %. Sifat lain dari tembaga ialah
sifat ketahanannya terhadap korosi atmospheric serta berbagai serangan media
korosi lainnya. Tembaga sangat mudah disambung melalui proses penyoderan,
Brazing serta pengelasan. Tembaga termasuk dalam golongan logam berat dimana
memiliki berat jenis 8,9 kg/m3 dengan titik cair 10830C.
Pembuatan
tembaga
Unsur dasar
tembaga diperoleh dalam bentuk bijih tembaga dengan kadar yang rendah dengan
rata-rata kurang dari 4%. Proses pemecahan dan pembubukan dilakukan untuk
memisahkan unsur tembaga dari butiran-butiran pengikat melalui pengapungan
serta untuk menghilangkan butiran-butiran yang tidak berguna. Butiran-butiran
yang mengandung unsur tembaga dipanasakan didalam dapur pemanas untuk
melepaskan ikatannya dengan unsur batuan serta persenyawaan dengan unsur
sulphide besi. Unsur ini kemudian diolah didalam converter untuk pemisahan besi
dan sulphur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar