Metalografi adalah suatu teknik atau metode persiapan
material untuk mengukur, baik secara kuantitatif maupun kualitatif dari informasi-informasi
yang terdapat dalam material yang dapat diamati, seperti fasa, butir, komposisi
kimia, orientasi butir, jarak atom, dislokasi, topografi dan sebagainya. Adapun
secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan pada metalografi adalah:
- Pemotongan spesimen (sectioning)
- Pembikaian (mounting)
- Penggerindaan, abrasi dan
pemolesan (grinding, abrasion and polishing)
- Pengetsaan (etching)
- Observasi pada mikroskop optik
Pada
metalografi, secara umum yang akan diamati adalah dua hal yaitu macrostructure
(stuktur makro) dan microstructure (struktur mikro). Struktur makro
adalah struktur dari logam yang terlihat secara makro pada permukaan yang
dietsa dari spesimen yang telah dipoles. Sedangkan struktur mikro adalah
struktur dari sebuah permukaan logam yang telah disiapkan secara khusus yang
terlihat dengan menggunakan perbesaran minimum 25x.
a.
Pemotongan (Sectioning)
prosesemotongan merupakan pemindahan material dari sampel yang besar menjadi
spesimen dengan ukuran yang kecil. Pemotongan yang salah akan mengakibatkan
struktur mikro yang tidak sebenarnya karena telah mengalami perubahan.
Kerusakan
pada material pada saaat proses pemotongan tergantung pada material yang
dipotong, alat yang digunakan untuk memotong, kecepatan potong dan kecepatan
makan. Pada beberapa spesimen, kerusakan yang ditimbulkan tidak terlalu banyak
dan dapat dibuang pada saat pengamplasan dan pemolesan.
b.
Pembingkaian ( Mounting)
Pembingkaian
seringkali diperlukan pada persiapan spesimen metalografi, meskipun pada
beberapa spesimen dengan ukuran yang agak besar, hal ini tidaklah mutlak. Akan
tetapi untuk bentuk yang kecil atau tidak beraturan sebaiknya dibingkai untuk
memudahkan dalam memegang spesimen pada proses pngamplasan dan pemolesan.
Sebelum
melakukan pembingkaian, pembersihan spesimen haruslah dilakukan dan dibatasi
hanya dengan perlakuan yang sederhana detail yang ingin kita lihat tidak
hilang. Sebuah perbedaan akan tampak antara bentuk permukaan fisik dan kimia
yang bersih. Kebersihan fisik secara tidak langsung bebas dari kotoran padat,
minyak pelumas dan kotoran lainnya, sedangkan kebersihan kimia bebas dari
segala macam kontaminasi. Pembersihan ini bertujuan agar hasil pembingkaian
tidak retak atau pecah akibat pengaruh kotoran yang ada.
Dalam
pemilihan material untuk pembingkaian, yang perlu diperhatikan adalah
perlindungan dan pemeliharaan terhadap spesimen. Bingkai haruslah memiliki
kekerasan yang cukup, meskipun kekerasan bukan merupakan suatu indikasi, dari
karakteristik abrasif. Material bingkai juga harus tahan terhadap distorsi
fisik yang disebabkan oleh panas selama pengamplasan, selain itu juga harus
dapat melkukan penetrasi ke dalam lubang yang kecil dan bentuk permukaan yang
tidak beraturan.
c.
Pengerindaan, Pengamplasan dan Pemolesan
Pada
proses ini dilakukan penggunaan partikel abrasif tertentu yang berperan sebagai
alat pemotongan secara berulang-ulang. Pada beberapa proses, partikel-partikel
tersebut dsisatukan sehingga berbentuk blok dimana permukaan yang ditonjolkan
adalah permukan kerja. Partikel itu dilengkapi dengan partikel abrasif yang
menonjol untuk membentuk titik tajam yang sangat banyak.
Perbedaan
antara pengerindaan dan pengamplasan terletak pada batasan kecepatan dari kedua
cara tersebut. Pengerindaan adalah suatu proses yang memerlukan pergerakan
permukaan abrasif yang sangat cepat, sehingga menyebabkan timbulnya panas pada
permukaan spesimen. Sedangkan pengamplasan adalah proses untuk mereduksi suatu
permukaan dengan pergerakan permukaan abrasif yang bergerak relatif lambat
sehingga panas yang dihasilkan tidak terlalu signifikan.
Dari
proses pengamplasan yang didapat adalah timbulnya suatu sistim yang memiliki
permukaan yang relatif lebih halus atau goresan yang seragam pada permukaan
spesimen. Pengamplasan juga menghasilkan deformasi plastis lapisan permukaan
spesimen yang cukup dalam.
Proses
pemolesan menggunakan partikel abrasif yang tidak melekat kuat pada suatu
bidang tapi berada pada suatu cairan di dalam serat-serat kain. Tujuannya
adalah untuk menciptakan permukaan yang sangat halus sehingga bisa
sehalus kaca sehingga dapat memantulkan cahaya dengan baik. Pada pemolesan
biasanya digunakan pasta gigi, karena pasta gigi mengandung Zn dan Ca
yang akan dapat mengasilkan permukaan yang sangat halus. Proses untuk pemolesan
hampir sama dengan pengamplasan, tetapi pada proses pemolesan hanya menggunakan
gaya yang kecil pada abrasif, karena tekanan yang didapat diredam oleh
serat-serat kain yang menyangga partikel.
- d. Pengetsaan (Etching)
Etsa
dilakukan dalam proses metalografi adalah untuk melihat struktur mikro dari
sebuah spesimen dengan menggunakan mikroskop optik. Spesimen yang cocok untuk
proses etsa harus mencakup daerah yang dipoles dengan hati-hati, yang bebas
dari deformasi plastis karena deformasi plastis akan mengubah struktur mikro
dari spesimen tersebut. Proses etsa untuk mendapatkan kontras dapat
diklasifikasikan atas proses etsa tidak merusak (non disctructive
etching) dan proses etsa merusak (disctructive etching).
- 1.
Etsa Tidak Merusak (Non Discructive Etching)
Etsa
tidak merusak terdiri atas etsa optik dan perantaraan kontras dari struktur
dengan pencampuran permukaan secara fisik terkumpul pada permukaan spesimen
yang telah dipoles. Pada etsa optik digunakan teknik pencahayaan khusus untuk
menampilkan struktur mikro. Beberapa metode etsa optik adalah pencahayaan gelap
(dark field illumination), polarisasi cahaya mikroskop (polarized
light microscopy) dan differential interfence contrast.
Pada
penampakan kontras dengan lapisan perantara, struktur mikro ditampilkan dengan
bantuan interfensi permukaan tanpa bantuan bahan kimia. Spesimen dilapisi
dengan lapisan transparan yang ketebalannya kecil bila dibandingkan dengan daya
pemisah dari mikroskop optik. Pada mikroskop interfensi permukaan, cahaya ynag
terjadi pada sisa-sisa film dipantulkan ke permukaan perantara spesimen.
- 2. Etsa Merusak (Desctructive
Etching)
Etsa
merusak adalah proses perusakan permukaan spesimen secara kimia agar terlihat
kontras atau perbedaan intensitas dipermukaan spesimen. Etsa merusak terbagi
dua metode yaitu etsa elektrokimia (electochemical etching) dan
etsa fisik
(phisical
etching). Pada etsa elektrokimia dapat diasumsikan korosi terpaksa, dimana
terjadi reaksim serah terima elektron akibat adanya beda potensial daerah
katoda dan anoda. Beberapa proses yang termasuk etsa elektokimia adalah etsa
endapan (precipitation etching), metode pewarnaan panas (heat tinting),
etsa kimia (chemical etching) dan etsa elektrolite (electrolytic
etching).
Pada
etsa fisik dihasilkan permukaan yang bebas dari sisa zat kimia dan menawarkan
keuntungan jika etsa elektrokimia sulit dilakukan. Etsa ion dan etsa termal
adalah teknik etsa fisik yang mengubah morfologi permukaan spesimen yang telah
dipoles.
Categories: Bahan Kuliah,
Proses Manufaktur, Material Teknik,
Ilmu Logam
Tag:Proses Manufaktur, Material Teknik,
Ilmu Logam
Kekerasan adalah ukuran ketahanan suatu material
terhadap deformasi plastis lokal. Nilai kekerasan tersebut dihitung hanya pada
tempat dilakukannya pengujian tersebut (lokal), sedangkan pada tempat lain bisa
jadi kekerasan suatu material berbeda dengan tempat yang lainnya. Tetapi nilai
kekerasan suatu material adalah homogen dan belum diperlakupanaskan secara
teoritik akan sama untuk tiap-tiap titik.
Metoda
Pengujian Kekerasan
Pengujian
kekerasan sering sekali dilakukan karena mengetahui kekerasan suatu material
maka (secara umum) juga dapat diketahui beberapa sifat mekanik lainnya, seperti
kekuatan. Pada pengujian kekerasan dengan metoda penekanan, penekan kecil
(identor) ditekankan pada permukaan bahan yang akan diuji dengan penekanan
tertentu. Kedalaman atau hasil penekanan merupakan fungsi dari nilai kekerasan,
makin lunak suatu bahan makin luas dan makin dalam akibat penekanan tersebut,
dan makin rendah nilai kekerasannya.
Kerasan
Rockwell
Pengujian
Rockwell merupakan cara yang paling umum digunakan untuk mengukur
kekerasan, karena pengujiannya sederhana untuk dikerjakan dan tidak dibutuhkan
kemampuan khusus. Dalam uji kekerasan Rockwell ada beberapa skala yang
dapat digunakan dan kombinasi jenis identor dan beban yang diterapkan. Identor
yang digunakan ada dua macam, yaitu:
- Bola baja yang dimiliki diameter
1/16, 1/8, 1/4, 1/2 in .
- Kerucut intan yang digunakan untuk
bahan-bahan yang keras.
Dengan
sistem ini, angka kekerasan dapat ditentukan berdasarkan perbedaan kedalaman
hasil penetrasi yang diawali beban minor dan diikuti oleh beban mayor yang
lebih besar. Besarnya beban minor adalah 10 kg dan beban mayor adalah 60, 100,
150 kg. Kekerasan dapat dibaca secara secara langsung dan hanya membutuhkan
beberapa detik saja.
Mesin
Uji Kekerasan Rockwell
Banyak
digunakan model dan tipe mesin uji kekerasan Rockwell pada saat ini. Penerapan
penggunaan beban ada yang dengan pegas maupun benda mati. Beberapa alat
menggunakan alat pencatat dial, akan tetapi penggunaan pencatat digital mulai
popoler akibat peningkatan dari kemampuan baca alat. Bahkan ada yang
menggunakan microprocessors untuk mengontrol proses pengujian dan dapat
dihubungkan dengan komputer.
Bermacam-macam
metode telah dikembangkan untuk dapat meningkatkan funsi dari Mesin uji
kekerasan Rockwell. Akan tetapi prinsip dasar dari mesin pengujian itu semua
ada pada mesin yang menggunakan beban mati, seperti pada Gambar .
Gambar
Skema mesin Uji kekerasan Rockwell dengan beban mati
Penggunaan
Mesin Uji Kekerasan Rockwell
Lokasi
titik pengujian pada mesin uji kekerasan sangat penting. Bila penekanan
dilakukan terlalu dekat dengan bagian tepi dari benda uji maka harga kekerasan
yang didapat akan berkurang dari yang sebenarnya. Untuk memeastikan hasil
pengukuran kekerasan yang didapat akurat, jarak penekanan minimal haruslah dua
atau satu setengah diameter penekanan dari bagian tepi benda uji. Sedangkan
jarak minimum antara satu penekanan dengan penekanan yang lain minimal lima
kali diameter penekanan.
Pemilihan
skala yang tepat juga sangat mempengaruhi terhadap hasil pengukuran kekerasan.
Contohnya pada material lunak digunakan Rockwell B dengan indentor bola
baja, bila diganti dengan yang lain maka harga kekerasan yang didapat tidak
benar. Tidak ada batsan maksimum pada pengukuran kekerasan dengan menggunakan
indentor intan. Tetapi bagaimanapun, Rockwell C sebaiknya tidak
digunakan pada material tungsteen, karena material tersebut akan retak atau
umur indentornya intan akan berkurang. Rockwell A adalah skala yang
dapat diterima dalam pengujian kekerasan produk industri karbida. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel
Categories: Bahan Kuliah,
Proses Manufaktur, Material Teknik,
Ilmu Logam
Tag:Proses Manufaktur, Material Teknik,
Ilmu Logam
29 Mei 2010 Yefri
Chan
Suatu
material jika di panaskan akan mengalami yang namanya pemuaian, akibat pemuaian
tersebut material akan mengalami perubahan pada strukturnya yang mengakibatkan
perubahan dimensi dari material tersebut, berikut ini penjelasan
tentang tegangan yang terjadi akibat kenaikkan temperatur :
Categories: Bahan Kuliah,
Elemen Mesin,
Material Teknik
Tag:Bahan kuliah,
Elemen Mesin, Elemen mesin 1,
Elemen mesin 2, Material Teknik
Kata komposit dalam pengertian bahan komposit berarti dua
atau lebih material / bahan yang digabung atau dicampur secara makroskopis
untuk mendapatkan kekuatan yang spesifik. Dimana pengertian makroskopis ini
yaitu penggabungan material dimana masih dapat dilihat sifat-sifat unsur-unsur
pembentuknya.
Perbedaan yang mendasar antara material komposit dengan
material alloy yaitu kalau pada material alloy penggabungan
materialnya dilakukan secara mikroskopis, sehingga tidak bisa dilihat
sifat-sifat dasar dari unsur-unsur pembentuknya.
Struktur dan Unsur
Utama Pada Bahan Komposit
Pada umumnya bahan
material komposit terdiri dari dua bahan utama, yaitu :
· Serat ( fiber
)
o
Sebagai
unsur utama pada komposit
o Menentukan karakteristik bahan
komposit, seperti kekuatan, kekauan, daan sifat mekanik lainnya.
o Menahan sebagian besar gaya yang
bekerja pada material komposit.
o Bahan yang dipilih harus kuat dan
getas, seperti carbon, glass, boron, dll.
· Matrik ( resin )
o Melindungi dan mengikat serat agar
dapat bekerja dengan baik.
o Bahan yang dipilh bahan yang lunak.
Dari pengertian di
atas dan unsur-unsur utamanya, maka dapat diamati bahwa sebagian besar struktur
alami yang terdapat di alam adalah dalam bentuk komposit, contohnya :
· Daun padi
Terdiri dari serat daun yang dibungkus oleh matrik yaitu lychin
· Batang bambu
Batangnya terdiri dari bahan serat yang diikat dengan matrik
dengan kuat sehingga kaku dan ringan.
Klasifikasi Bahan
Komposit
Secara
umum bahan komposit yang digunakan dapat diklasifikasikan berdasarkan geometri
dan jenis seratnya. Sebab sifat-sifat mekanik bahan komposit tergantung pada
geometri dan jenis seratnya. Dimana klasifikasi dari bahan komposit dapat
dilihat pada gambar dibawah.
Klasifikasi
bahan komposit
Secara garis besar
bahan komposit dapat dibagi atas dua, yaitu
· Bahan komposit
partikel
· Bahan komposit serat
Bahan Komposit
Partikel
Bahan
komposit partikel merupakan jenis dari bahan komposit dimana bahan penguatnya
adalah terdiri dari partikel-partikel. Secara definisi partikel itu sendiri
adalah bukan serat, sebab partikel itu tidak mempunyai ukuran panjang.
Sedangkan pada bahan komposit ukuran dari bahan penguat menentukan kemampuan
bahan komposit menahan gaya dari luar. Dimana semakin panjang ukuran serat maka
semakin kuat bahan menahan beban dari luar, begitu juga dengan sebaliknya.
Bahan komposit partikel pada umumnya lemah dan fracture-toughness-nya
lebih rendah dibandingkan dengan serat panjang, namun disisi lain bahan ini
mempunyai keunggulan dalam ketahanan terhadap aus.
Pada bahan komposit keramik ( Ceramix Matrix Composite
), partikel ini umumnya digunakan sebagai pengisi dan penguat, sedangkan
keramik digunakan sebagai matrik. Dengan menggunakan mekanisme penguatan
tertentu partikel ini berguna untuk mencegah perambatan retak, sehingga fracture-toughness-nya
baik. Partikel-partikel dari bahan logam yang keras seperti tungsten, chorium
dan molybdenum juga biasa dicampur dengan logam lunak seperti aluminium,
tembaga atau perak yang berfungsi sebagai matrik.
Categories: Bahan Kuliah,
Proses Manufaktur, Material Teknik,
Ilmu Logam
Tag:Proses Manufaktur, Material Teknik,
Ilmu Logam
Proses pembentukan merupakan salah satu proses manufaktur
untuk dihasilkannya produk dengan cara memberikan deformasi plastis pada
material kerja tanpa dihasilkannya geram.
Klasifikasi Proses Pembentukan
Terdapat
bermacam-macam jenis proses pembentukan. Untuk mudah dipahami, proses
pembentukan diklasifikasikan sebagai berikut :
1.
Pembentukan
berdasarkan temperatur pengerjaan
· Pengerjaan panas (
Hot Working )
Proses pembentukan dilakukan pada daerah temperatur
rekristalisasi. Pada daerah rekristalisasi terjadi peristiwa pelunakan secara
terus menerus hingga menyebabkan material mudah untuk dideformasi. Karena sifat
material tersebut ulet dan relatif lebih lunak maka tidak dibutuhkan gaya yang
terlalu besar untuk mendeformasi material sekaligus dapat dihindari terjadinya
retak pada produk.
· Pegerjaan dingin ( Cold
Working )
Proses pembentukan dilakukan dibawah temperatur
rekristalisasi. Terjadi peristiwa strain hardening (pegerasan regangan)
dimana logam hasil akan bersifat makin kuat dan makin keras, tetapi seiring
dengan hal tersebut akan menyebabkan produk bersifat relatif lebih getas
sehingga apabila dideformasi akan mudah meyebabkan terjadinya retak.
2.
Pembentukan
berdasarkan gaya pembebanan
· Pembentukan dengan
tekanan
Bekerja tegangan tekan contohnya penempaan (forging)
dan pengerolan
· Pembentukan dengan
tekanan dan tarikan
Pada daerah deformasi bekerja tegangan tekan dan tarik. Gaya
yang diberikan merupakan gaya tarik, meyebabkan terjadinya gaya tekan dari
perkakas terhadap daerah deformasi. Contoh : wire drawing, deep
drawing
· Pembentukan dengan
tekukan
Contoh : proses bending
· Pembentukan dengan
tarikan
Contoh : tarik regang ( stretching )
· Pembentukan dengan
geseran
Terjadi proses pengguntingan yang melibatkan gaya geser yang
cukup besar untuk memotong pada bidang geser.
3.
Pembentukan
berdasarkan bentuk benda kerja
· Pembentukan benda kerja masif atau pejal
Terjadi perubahan tebal benda kerja selama dilakukan proses.
Contoh : pengerolan, tempa dan penarikan kawat.
· Pembentukan benda
kerja plat
Benda kerja yang akan dibentuk adalah plat yang dideformasi
menjadi bentuk tertentu dan tebalnya dianggap tetap.
4.
Pembentukan
berdasarkan tahapan dalam menghasilkan produk
· Proses pembentukan
primer
Dihasilkannya produk setengah jadi. Contoh : pengerolan yang
menghasilkan pelat, ekstrusi yang menghasilkan batang.
· Proses pembentukan
sekunder
Proses lanjutan dari proses pembentukan primer dimana bentuk
setengah jadi diubah menjadi bentuk akhir sebagaimana yang diinginkan. Contoh :
penarikan kawat yang diproses menjadi diameter yang lebih kecil, penarikan plat
menjadi tabung.
Categories: Bahan Kuliah,
Proses Manufaktur, Material Teknik,
Ilmu Logam
Tag:Proses Manufaktur, Material Teknik,
Ilmu Logam
Secara garis besar material mempunyai sifat-sifat yang
mencirikannya, pada bidang teknik mesin umumnya sifat tersebut dibagi menjadi
tiga sifat. Sifat –sifat itu akan mendasari dalam pemilihan material, sifat
tersebut adalah:
· Sifat mekanik
· Sifat fisik
· Sifat teknologi
Dibawah
ini akan dijelaskan secara terperinci tentang sifat-sifat material tersebut
1.
Sifat Mekanik
Sifat
mekanik material, merupakan salah satu faktor terpenting yang mendasari
pemilihan bahan dalam suatu perancangan. Sifat mekanik dapat diartikan sebagai
respon atau perilaku material terhadap pembebanan yang diberikan, dapat berupa
gaya, torsi atau gabungan keduanya. Dalam prakteknya pembebanan pada material
terbagi dua yaitu beban statik dan beban dinamik. Perbedaan antara keduanya
hanya pada fungsi waktu dimana beban statik tidak dipengaruhi oleh fungsi waktu
sedangkan beban dinamik dipengaruhi oleh fungsi waktu.
Untuk
mendapatkan sifat mekanik material, biasanya dilakukan pengujian mekanik.
Pengujian mekanik pada dasarnya bersifat merusak (destructive test),
dari pengujian tersebut akan dihasilkan kurva atau data yang mencirikan keadaan
dari material tersebut.
Setiap
material yang diuji dibuat dalam bentuk sampel kecil atau spesimen. Spesimen
pengujian dapat mewakili seluruh material apabila berasal dari jenis, komposisi
dan perlakuan yang sama. Pengujian yang tepat hanya didapatkan pada material
uji yang memenuhi aspek ketepatan pengukuran, kemampuan mesin, kualitas atau
jumlah cacat pada material dan ketelitian dalam membuat spesimen. Sifat mekanik
tersebut meliputi antara lain: kekuatan tarik, ketangguhan, kelenturan,
keuletan, kekerasan, ketahanan aus, kekuatan impak, kekuatan mulur, kekeuatan
leleh dan sebagainya.
Sifar-sifat
mekanik material yang perlu diperhatikan:
· Tegangan
yaitu gaya diserap oleh material selama berdeformasi persatuan luas.
· Regangan
yaitu besar deformasi persatuan luas.
· Modulus
elastisitas yang menunjukkan ukuran kekuatan material.
· Kekuatan
yaitu besarnya tegangan untuk mendeformasi material atau kemampuan material
untuk menahan deformasi.
· Kekuatan
luluh yaitu besarnya tegangan yang dibutuhkan untuk mendeformasi plastis.
· Kekuatan
tarik adalah kekuatan maksimum yang berdasarkan pada ukuran mula.
· Keuletan
yaitu besar deformasi plastis sampai terjadi patah.
· Ketangguhan yaitu besar energi yang
diperlukan sampai terjadi perpatahan.
· Kekerasan
yaitu kemampuan material menahan deformasi plastis lokal akibat penetrasi pada
permukaan.
2.
Sifat Fisik
Sifat
penting yang kedua dalam pemilihan material adalah sifat fisik. Sifat fisik
adalah kelakuan atau sifat-sifat material yang bukan disebabkan oleh pembebanan
seperti pengaruh pemanasan, pendinginan dan pengaruh arus listrik yang lebih
mengarah pada struktur material. Sifat fisik material antara lain : temperatur
cair, konduktivitas panas dan panas spesifik.
Struktur
material sangat erat hubungannya dengan sifat mekanik. Sifat mekanik dapat
diatur dengan serangkaian proses perlakukan fisik. Dengan adanya perlakuan
fisik akan membawa penyempurnaan dan pengembangan material bahkan penemuan
material baru.
3.
Sifat Teknologi
Selanjutnya
sifat yang sangat berperan dalam pemilihan material adalah sifat teknologi
yaitu kemampuan material untuk dibentuk atau diproses. Produk dengan kekuatan
tinggi dapat dibuat dibuat dengan proses pembentukan, misalnya dengan
pengerolan atau penempaan. Produk dengan bentuk yang rumit dapat dibuat dengan
proses pengecoran. Sifat-sifat teknologi diantaranya sifat mampu las, sifat
mampu cor, sifat mampu mesin dan sifat mampu bentuk. Sifat material terdiri
dari sifat mekanik yang merupakan sifat material terhadap pengaruh yang berasal
dari luar serta sifat-sifat fisik yang ditentukan oleh komposisi yang dikandung
oleh material itu sendiri. Bahan lebih lengkap mengenai sifat material dapat
download disini : Sifat Material1
- Share this:
Categories: Bahan Kuliah,
Proses Manufaktur, Material Teknik,
Ilmu Logam
Tag:Proses Manufaktur, Material Teknik,
Ilmu Logam
Pada kekerasan ini diberikan adalah sekedar informasi
hubungan antara tegangan tarik dengan
kekerasan.
Kekerasan Brinnel : (HB)
HB = F / A ( N/mm2)
Misalnya untuk suatu material diperoleh hasil percobaan kekerasan sbb:
HB5/2500/30 = 4420 (N/mm2)
Sedangkan arti dari angka tersebut adalah : angka kekerasan Brinnel adalah
4420 (N/mm2) dengan diameter bola penekan 5 (mm), beban percobaan
2500 (N) dengan waktu penekanan 30 detik.
Demikian juga dengan kekerasan yang lainnya hanya bentuk dan materi
penekanannya berbeda-beda.
Untuk Vickers menggunakan pyramid intan yang bersudut puncak 1360,
yang diukur adalah beda kedalaman antara beban awal 100 (N) dengan beban
percobaan 1500 (N)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar