KEKUATAN
BENDING DAN KETAHANAN BAKAR KOMPOSIT
HYBRID
SERAT GELAS, SERAT KARBON, DAN SERBUK GENTENG SOKKA DENGAN BISPHENOL-A
6/A
MTM
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Material
komposit berpenguat serat telah diterapkan pada berbagai industri seperti
pesawat terbang, pesawat ruang angkasa, mobil, kendaraan laut, peralatan
pengolahan kimia, dan peralatan olahraga. Minat baru terhadap material komposit
ini disebabkan meningkatnya kebutuhan material yang kuat, tahan korosi, dan
ringan dengan harga terjangkau (Sorathia 2003). Komposit CFRP (carbon fiber
reinforced plastics) dan komposit GFRP (glass fiber reinforced plastics) banyak
digunakan dalam industri otomotif dan transportasi sebagai material pendukung
struktur dan bodi kendaraan.
Komposit
harus mempunyai kemampuan menerima beban pada seluruh bagian. Sehingga material
komposit dengan karakteristik bending yang baik sangat diperlukan untuk
menunjang peran tersebut (Kelly, 2004). Serat karbon memiliki sifat mekanis
yang baik secara keseluruhan, namun serat karbon kurang menguntungkan apabila
digunakan sebagai penguat komposit pada struktur yang mengalami beban kompresi
atau bending. Lee dan Waas (1999) mengungkapkan komposit serat gelas dengan
matriks vinylester memiliki nilai kekuatan tekan yang lebih tinggi dari
komposit serat karbon dengan matriks vinylester pada fraksi volume serat yang
sama.
Hal
tersebut memicu gagasan untuk menggabungkan serat gelas dan serat karbon dalam
satu matriks yang sama. Sebuah studi untuk menggabungkan serat karbon secara
selektif ke dalam komposit serat gelas pada bagian yang mengalami beban bending
dilakukan oleh Zhang (2012). Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan
komposit hybrid dengan 50% penguat serat karbon menghasilkan sifat bending
terbaik ketika lapisan serat karbon ditempatkan pada bagian terluar komposit.
Penempatan serat karbon pada lapisan terluar komposit hybrid tidak hanya
memberikan penguatan mekanis namun juga memberikan dampak hambat bakar terhadap
komposit.
Material
komposit yang digunakan pada aplikasi struktur maupun bodi dalam industri
transportasi tidak hanya dituntut memiliki sifat mekanis yang baik, namun juga
harus memenuhi standar keselamatan khususnya ketahanan bakar. Berbagai upaya
meningkatkan ketahanan bakar komposit telah dilakukan oleh para ilmuwan dengan
memilih resin poliester berbahan dasar bisphenol-A dan menambahkan filler ke
dalam matriks. Bisphenol-A merupakan salah satu senyawa phenolic yang memiliki
sifat tahan api, menghasilkan sedikit asap saat pembakaran, dan memiliki
koefisien konduksi termal lebih rendah dibandingkan dengan resin jenis lain
(Zhou, 2013). Yudit (2013) meneliti komposit geopolymer dengan menggabungkan
serbuk genteng Sokka ke dalam phenolic. Genteng Sokka dalam penelitian tersebut
diproduksi dari bahan dasar clay yang tahan terhadap suhu tinggi.
Nilai
TOB (time of burning) tertinggi diperoleh pada komposit dengan 50% fraksi
volume serbuk genteng Sokka. Penambahan filler berupa material clay ke dalam
matriks komposit berpenguat serat dapat mempengaruhi sifat mekanis komposit
tersebut. Chandradass (2008) berpendapat penggabungan 3% fraksi berat clay ke
dalam matriks polimer mampu meningkatkan kekuatan mekanis komposit serat gelas.
Namun, ikatan antar muka serat dan matriks semakin mengalami penurunan seiring
meningkatnya fraksi berat clay dalam matriks. Oleh sebab itu, penggabungan
serat karbon, serat gelas, dan serbuk genteng Sokka dalam matriks bisphenol-A
perlu diteliti lebih mendalam agar diperoleh formulasi konstituen yang tepat
sehingga menghasilkan material komposit dengan sifat bending yang baik, ringan,
dan tahan api.
B. Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh rasio serat karbon dan
serat gelas dalam suatu konfigurasi susunan serat terhadap kekuatan bending
komposit hybrid, serta bagaimana pengaruh penambahan serbuk genteng Sokka ke
dalam matriks terhadap kekuatan bending dan ketahanan bakar komposit hybrid.
C. Tujuan
Penelitian
Tujuan
penelitian ini antara lain:
1. Menyelidiki pengaruh konfigurasi
lapisan serat gelas dan serat karbon terhadap kekuatan bending dan modulus
elastisitas bending komposit hybrid dengan matriks bisphenol-A.
2. Menyelidiki pengaruh penambahan
serbuk genteng Sokka terhadap kekuatan bending, modulus bending, serta
ketahanan bakar komposit hybrid serat gelas dan serat karbon dengan matriks
bisphenol-A
D. Manfaat
Penelitian
Penelitian ini akan memberikan manfaat peningkatan
kekuatan bending, modulus elastisitas bending serta ketahanan bakar pada
komposit polimer berpenguat serat hybrid.
E. Tinjauan
Pustaka
Komposit berasal dari kata kerja “to compose“ yang
berarti menyusun atau menggabung. Jadi secara sederhana bahan komposit berarti
bahan gabungan dari dua atau lebih bahan yang berlainan. komposit merupakan
rangkaian dua atau lebih bahan yang digabung menjadi satu bahan secara
mikroskopis dimana bahan pembentuknya masih terlihat seperti aslinya dan
memiliki hubungan kerja diantaranya sehingga mampu menampilkan sifat-sifat yang
diinginkan (Mikell, 1996). Definisi yang lain yaitu, Menurut Matthews dkk.
(1993), komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau
lebih material pembentuknya melalui campuran yang tidak homogen, dimana sifat
mekanik dari masing-masing material pembentuknya berbeda. Dari campuran
tersebut akan dihasilkan material komposit yang mempunyai sifat mekanik dan
karakteristik yang berbeda dari material pembentuknya sehingga kita leluasa
merencanakan kekuatan material komposit yang kita inginkan dengan jalan mengatur
komposisi dari material pembentuknya. Jadi komposit merupakan sejumlah sistem
multi fasa sifat dengan gabungan, yaitu gabungan antara bahan matriks atau
pengikat dengan penguat.
Material komposit adalah penggabungan makroskopis
dari dua atau lebih bahan yang berbeda dan memiliki ikatan antarmuka yang cukup
baik diantara keduannya. Penggabungan material ini bertujuan untuk menghasilkan
atau menemukan material baru yang mempunyai sifat asli material yang digunakan
untuk menyusunya. Material penyusun komposit tersebut dapat berupa serat ,
partikel laminate atau layers, flakes fillers. Sifat material hasil
penggabungan ini diharapkan saling memperbaiki kekurangan dan kelemahan
bahan-bahan penyusunnya. Sifat-sifat yang dapat diperbaiki antara lain
kekakuan, ketahanan lelah, ketahanan bending , ketahanan korosi, berat jenis,
pengaruh terhadap temperatur, dan isolasi termal (Schwartz,1994).
Kekuatan bending menjadi salah satu sifat mekanis
yang sangat pentig dimiliki oleh komposit, khususnya ketika diterapkan pada
aplikasi material struktur konstruksi. Dong et al (2012) memilih kombinasi
serat gelas dan serat karbon sebagai penguat komposit hybrid untuk meningkatkan
kekuatan bending komposit dengan matriks polimer. Penelitian tersebut dilakukan
secara eksperimental dan numerik dengan menggunakan FEA finite element
analysis. Pengujian bending dilakukan pada rasio to dept 32 :1.konfigurasi
susunan serat menempatkan serat gelas pada sisi tekan sedangkan serat karbon
pada sisi tarik. Nilai kekuatan bending maksimal komposit hybrid serat gelas
ipe S-2 dan Serat karbon tipe T700S dimiliki oleh komposit dengan konfigurasi
G1C4 dengan fraksi volume serat gelas 24% dan fraksi volume serat karbon 76%.
Kekuatan bending komposit G1C4 meningkat 3,2 % dari konfigurasi komposit serat
gelas Komposit serat gelas dan 8,0% dari konfigurasi komposit serat karbon.
1. Kajian
Teori Komposit polimer berpenguat serat.
Serat
atau fiber dalam bahan komposit berperan sebagai bagian utama yang menahan
beban, sehingga besar kecilnya kekuatan bahan komposit sangat tergantung dari
kekuatan serat pembentuknya. Semakin kecil bahan (diameter serat mendekati
ukuran kristal) maka semakin kuat bahan tersebut, karena minimnya cacat pada
material
Serat
Sebagai Penguat Secara umum dapat dikatakan bahwa fungsi serat adalah sebagai
penguat bahan untuk memperkuat komposit sehingga sifat mekaniknya lebih kaku,
tangguh dan lebih kokoh dibandingkan dengan tanpa serat penguat, selain itu
serat juga menghemat penggunaan resin. Kaku adalah kemampuan dari suatu bahan
untuk menahan perubahan bentuk jika dibebani dengan gaya tertentu dalam daerah
alastis pada pengujian bending. Tangguh adalah bila pemberian gaya atau beban
yang menyebabkan bahan-bahan tersebut menjadi patah pada pengujian titik
lentur. Kokoh adalah kondisi yang diperoleh akibat kelenturan serta proses
kerja yang mengubah struktur komposit sehingga menjadi keras pada pengujian
kelenturan.
2. Fraksi
Volume kompoait
Sifat fisis komposit
dipengaruhi oleh perbandingan matriks dan penguat serat maupun filter.
Perbandingan tersebut dapat dihitung menggunakan persamaan jenis
komposit(Peters, 1998)
V = Fraksi volume konstituen
mf
= Massa penguat (g)
mm =
Masa matriks (g)
pf
= Massa jenis penguatg/mm3
Pm
= Masssa jenis matriks (g/mm3
3. Ketahana
bakar komposit
Pengujian bakar yang
dilakukan dengan studi eksperimental termasuk dalam jenis lab test standar
UL94.
V =60L/t
V = Rate of burning
mm/menit
L = panjang sampel mm
T = waktu (detik)
4. Matriks
Matriks
adalah fasa dalam komposit yang mempunyai bagian atau fraksi volume terbesar
(dominan). Matriks, umumnya lebih ductile tetapi mempunyai kekuatan dan
rigiditas yang lebih rendah. Syarat pokok matrik yang digunakan dalam komposit
adalah matrik harus bisa meneruskan beban, sehingga serat harus bisa melekat
pada matrik dan kompatibel antara serat dan matrik, artinya tidak ada reaksi
yang mengganggu. Umumnya matrik dipilih yang mempunyai ketahanan panas yang
tinggi (Triyono & Diharjo, 2000). Matriks mempunyai fungsi sebagai
mentransfer tegangan ke serat, membentuk ikatan koheren permukaan matrik/serat,
melindungi serat, memisahkan serat, melepas ikatan, dan stabil setelah proses
manufaktur. Komposit Matriks ada beberapa macam yaitu Komposit Matrik Keramik
(Ceramic Matrix Composites – CMC), Komposit Matrik Logam (Metal Matrix
Composites – MMC) dan Polymer Matrix Composite (PMC) Istilah polimer dapat
diartikan sebagai molekul besar yang terbentuk dengan pengulangan unit-unit
molekul yang disebut monomer. Polimer berasal dari bahasa Yunani yang terdiri
dari dua kata , yaitu : poly berarti banyak dan meros berarti bagian-bagian
atau unit-unit dasar.
Jadi
polimer adalah molekul-molekul yang terdiri atas banyak bagian-bagian. Polimer
merupakan molekul raksasa yang tersusun dari ikatan kimia sederhana atau bahan
dengan berat molekul yang besar mempunyai struktur dan sifat-sifat yang rumit
disebabkan jumlah atom pembentuk 4 yang jauh lebih besar dibandingkan dengan
senyawa yang berat atomnya rendah.
Volume Fraksi Matriks ( Vm )
Dimana:
Vm
= Fraksi volume matrik (70%)
vm
= volume matrik (cm3 )
vc
= volume komposit (cm3 )
5. Jumlah
kandungan serat dalam komposit
Jumlah
kandungan serat merupakan hal yang menjadi perhatian khusus pada komposit berpenguat
serat. Untuk memperoleh komposit berkekuatan tinggi, distribusi serat dengan
matrik harus merata pada proses pencampuran agar mengurangi timbulnya void.
Untuk menghitung fraksi volume, parameter yang harus diketahui adalah berat
jenis resin, berat jenis serat, berat komposit dan berat serat. Adapun fraksi
volume yang ditentukan dengan persamaan (Harper, 1996).
Jika
selama pembuatan komposit diketahui massa fiber dan matrik, serta density fiber
dan matrik, maka fraksi volume dan fraksi massa fiber dapat dihitung dengan
persamaan (Shackelford, 1992) :
dimana :
6. Pengujian
Sifat Mekanik
Pengujian
kekuatan lentur/ Bending dimaksudkan untuk mengetahui ketahanan
kompositterhadap pembebanan pada titik lentur. Disamping itu pengujian ini juga
dimaksudkan untuk mengetahui keelastisitasan suatu bahan.
Prosedur pengujian
bending adalah sebagai berikut:
1. Masing-masing
spesimen diberi label sesuai variabel yang digunakan.
2. Memasang spesimen
pada bentangan/span.
3. Pembebanan pada
spesimen hingga patah.
4. Pencatatan data yang
didapatkan berupa kekuatan bending dan defleksi.
5. Perhitungan karakteristik
bending.
Menentukan
tegangan bending menggunakan persamaan (Standart ASTM D 6110) :
Sedangkan
untuk menentukan modulus elastisitas bending menggunakan rumus sebagai berikut:
Sedangkan
kekakuan dapat dicari dengan persamaan (Lukkassen, D., Meidel, A., 2003) yaitu:
F.
Metodologi Penelitian
1. Proses
pembuatan komposit
2. Proses
bending kekuatan komposit
3. Pengujian
Ketahanan Bakar komposit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar